Langsung ke konten utama

Belajar dari Carl Rogers

 




Carl Rogers 

Rogers merupakan pencetus pendekatan konseling Person Centerd Theraphy. Teori ini menekankan pada pemahaman bahwa manusia memiliki potensi untuk menyelesaikan dan memperbaiki masalahnya sendiri. Rogers lahir di Illinois USA pada 1902 yang memiiki minat awal pada pertanian dan teologi sebelum akhirnya berpindah pada Psikologi Pendidikan dan Klinis. Dalam pandangannya, manusia merupakan individu dengan dasar yang baik. manusia memiliki kecenderunga untuk mengaktualisasikan diri dan memandang dunia dengan cara yang baik dan unik serta subjektif.  Dalam buku Psikologi Kepribadian yang merukapan terjemahan dari buku Critism of Islamic Psychology karya Lynn Wilcox mengatakan bahwa Carl Rogers menganggap manusia positif, bergerak maju, konstruktif, realistik, dapat dipercaya dan bergerak maju menuju aktualisasi diri. Rogers juga mengatakan bahwa manusia dapat dipercaya dan konstruktif artinya Manusia dipandang sebagai individu yang memiliki tanggung jawab atas perkembangan pribadinya serta konstruktif dalam membangun dirinya bukan merusak dirinya. Pemahaman seperti ini yang mendasari konselor dalam melakukan konseli dengan metode Person Centered. 

Setiap orang memiliki doroangan untuk bisa memperbaiki diri dari kesalahan kesalahannya. Sebagain besar individu bermasalah mengerti bagaimana menyelesaikan masalahnya atau penyelesaian tersebut tertutup oleh persepsi persepsi yang tidak perlu. Bagaimana individu bisa menemukan hal itu adalah dengan menerima individu tanpa syarat. Penerimaan individu dengan sepenuhnya mendorong sebuah iklim kepercayaan diri yang muncul dari hubungan antara individu dengan konselor. Dengan demikian iklim yang ada dan ketrampilan konselor dalam proses konseling begitu berpengaruh pada konseli. Dalam pandangan Rogers tingkah laku bermasalah dalam pandangannya adalah mereka yeng memiliki sikap defensif, penghargaan bersyarat, inkongruensi dan disorganisasi.

Konseling Person Centered menangani permsalahan tingkahlaku diatas dengan menumbuhkan kembali 'diri' konseli seutuhnya. Dalam pandangan Rogers pada awal artikel ini telah disebutkan. Konseling berupaya untuk menghidupkan kembali sifat dasar manusia menuju aktualisasi diri. Bagaimana aktualisasi diri itu? Adalah dengan membantu konseli menjadi orang yang berfungsi penuh (fully functioning person) yang tidak perlu menerapkan mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi pengalaman sehari-hari” (Rogers, 1977; Gladding, 2012) 
  • Manusia yang berfungsi secara penuh (fully functioning person) cirinya : (1)Memiliki keterbukaan terhadap pengalaman (opennes to experience) 
  • Memiliki kepercayaan pada diri sendiri (self-trust) 
  • Mengevaluasi berdasar internalnya sendiri (internal source evaluation) (4)Keinginan berkelanjutan untuk berkembang (willingness to continue growing)

Menurut Rogers, konseli dapat melakukan itu semua secara mandiri, dan sebagai konselor kita hanya memfasilitasi. Dengan apa? Dengan genuineness, emphaty, dan unconditional positive regard. Genuineness atau kongruen adalah keaslian konselor. Tidak ada yang ditutup tutipi konselor hadir dengan apa adanya pribadi yang dimiliki. Empati merupakan kunci dalam proses konseling Person Centerd. Dimana konselor harus fokus oada apa yang dirasakan oleh konseli sehingga konseli merasa memiliki teman yang mengerti perasaannya. Ini begitu penting dalam Konseling Person Centered. Unconditional positive regard atau penerimaan tanpa syarat merupakan hal yang pertama kali konselor lakukan saat menerima konseli. Roger mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Sehingga bagaimanapu keadaan konseli saat datang menemui konselor, konselor harus menerima tanpa persyaratan apapun

Dalam konseling Person Centered Carl Rogers, kita dapat belajar dari sudut pandang lain dalam memandang diri individu bermasalah. Mungkin tidak mudah karena kita juga manusia dan juga seorang individu. Tetapi sebagai konselor ataupun bukan, memandang orang lain dengan sisi positif juga merupakan sebuah opsi kita dalam membantu orang lain memecahkan masalahnya. Konselor adalah helper. Sehingga banyak individu juga yang memandang bahwa kita bisa menolongnya. Dan itu yang menjadi dasar kita menjadi konselor. Kepercayaan tentang diri manusia yang positif dan konstruktif dapat dipahami secara sederhana dan dipraktikan dengan pernuh perasaan. Semakin kita mengetahui tenyang maksud dari teori Rogers, kita semakin mengerti bahwa pada dasarnya manusia sama saja dan memiliki potensi yang unik. Seberapa besar jabatan dan pangkat ia tetap manusia. seberapa jahat dan bringasnya ia tetap manusia. 



Tautan tentang Psikologi dan Bimbingan Konseling 
ABKIN (Organisasi Bimbingan Konseling)
HIMPSI (Organisasi Psikologi)


Komentar